Sunday, March 18, 2012

Obsession Prolog





*Park Eun Sun*


Sore itu aku duduk didalam café menunggu eonni yang sedang dijalan menuju kemari. Sambil menunggu aku sibuk dengan project café yang akan diadakan minggu depan. Sebagai pemilik café aku harus bisa mengatur dan mengelola café ini dengan baik walau pun aku masih sekolah dan masih dibantu oleh eonni. Aku menjepit rambut ku dan sibuk dengan pekerjaan ku sendiri sementara café penuh dengan para pembeli yang memperhatikan ku dengan seksama. 
“ Maaf, aku terlambat.” Ucap sebuah suara saat membuka pintu café. Aku mengenal suara itu walaupun tak melihat kearahnya. Itu eonni ku. Eonni mengenakan kaus dan celana pendek berwarna krem dan tas coklat. Ia tersenyum saat berjalan kearah ku. Dan senyumnya itu membuat ku benar-benar kesal padanya.
“ Kau telat lebih dari sejam, eon. Kau bahkan tampak tak bersalah. Kau tau kan kalau aku harus pergi membeli sesuatu dan harus pergi ke rumah sakit pukul 7 nanti, dan sekarang sudah pukul 5. Yang itu berarti aku hanya memiliki waktu satu jam untuk pergi berbelanja. Uuukh kau sungguh menyebalkan.” Ucap ku dengan nada yang cukup tinggi sampai-sampai beberapa orang melihat kearah ku dan eonni.
“ Ya, ya, ya. Aku benar-benar minta maaf, dan sekarang pergilah sana. Dan ingat jangan ngebut.” Eonni memasukkan semua barang ku kedalam tas dan menarik ku keluar café. Aku hanya bisa menarik nafas dan pergi kemobil yang kuparkirkan tepat didepan café. Pada akhirnya aku melambaikan tangan kearah eonni sebelum pergi melesat meninggalkan café. Aku mengendarai mobil ku selama lima belas menit hingga akhirnya sampai disebuah toko music yang terletak di daerah apgujeong-dong street. Setelah memarkirkan mobil ku didepan toko aku pun masuk kedalam toko tersebut dan mulai melihat-lihat isi toko tersebut.
“ Kira-kira gitar yang cocok untuk Min yang mana ya ?” saat sedang bingung memilih gitar yang mana yang cocok untuk sahabat ku, aku melihat sebuah gitar berwarna putih dan aku langsung menetapkan hati ku untuk memilih gitar itu dan membelinya untuk Min. Aku memanggil penjaga toko tersebut dan memintanya untuk mengambil gitar itu dan menstem gitar itu agar Min bisa langsung memakainya tanpa susah-susah menstem gitar tersebut. Setelahnya aku kembali melihat-lihat untuk mencari gitar mana yang kali ini kira-kira cocok untuk ku.
“ Kurasa kau cocok menggunakan gitar ini.” Ucap seorang namja sambil menyerahkan sebuah gitar berwarna hitam padaku. Aku tak dapat melihat namja itu dengan sangat jelas karena ia mengenakan topi dan sedikit menunduk saat menyerahkan gitar itu padaku. Namja itu langsung pergi saat aku menerima gitar itu. Aku bahkan tak sempat mengucapkan sepatah kata pun pada namja itu, yang bisa kulakukan hanya memperhatikan gitar hitam yang ia berikan yang sekarang ada ditangan ku. Aku memperhatikan gitar tersebut dan akhirnya aku memilih gitar itu untuk menjadi gitar ku. Aku pun menyerahkan gitar itu kepada penjaga toko dan memintanya agar menstem gitar milik ku juga.
                “ Gitar ini sudah distem, bahkan suaranya sudah sangat pas.” Ucap penjaga toko itu padaku. Sepertinya ia melihat ekspresi aneh di wajah ku dan menjelaskan maksud ucapannya tadi. “ Sepertinya namja tadi sudah menstem gitar ini sebelum ia menyerahkan gitar itu padamu.” Aku masih sedikit bingung namun pada akhirnya aku hanya mengangguk dan membayar kedua gitar tersebut dan pergi dari toko tersebut sambil membawa dua tas gitar dikedua tangan ku. Aku meletakkan kedua gitar itu didalam mobil ku dan langsung pergi kerumah sakit begitu melihat jam sudah menunjukkan pukul 5 lewat 45 menit.  Dari tempat ku berada sampai rumah sakit kira-kira membutuhkan waktu 45 menit jadi aku sedikit menambah kecepatan ku dan menyalakan mp3 dan mulai menyusuri jalanan kota Seoul yang ramai di malam hari, terutama saat malam minggu seperti ini.
*****

*Song Min Young*

Sore itu aku hanya berdiam diri didalam kamar sambil mendengarkan beberapa lagu dari ipod milik ku. Entah mengapa hari itu aku malas untuk melakukan sesuatu. Aku melirik kearah jam dinding yang berada tepat diatas pintu. Pukul 5 lewat 45 menit. Melihat jam membuatku makin malas melakukan sesuatu. Aku berniat untuk membaca novel, namun niat ku buyar begitu pintu kamar ku dibuka. Seorang namja yang sudah sangat ku kenal masuk kedalam kamar ku. Itu Song Min Ho, adik ku.
“ Noona, kau disuruh membeli cake ditempat paman Kim.“ Dengan santainya ia masuk dan menyuruhku. Aku hanya bisa menatapnya dengan wajah bingung seakan aku tak mengerti apa yang ia ucapkan barusan. Seakan mengerti dengan ekpresi ku, adik ku kembali berbicara.
“ Eomma menyuruh mu pergi ke bakery paman Kim dan membeli 2 buah cake berukuran sedang untuknya dan teman-temannya yang akan datang  malam ini.” Aku ingin menolak dan menyuruh agar dia saja yang pergi membeli cake, tapi begitu melihat wajahnya yang terlihat lelah akhirnya aku mengalah dan menyuruhnya keluar agar aku dapat berganti pakaian. Setelah berganti pakaian aku langsung mengambil tas dan memasukkan dompet, cellphone, dan ipod berserta earbud kedalamnya. Aku berpamitan pada eomma dan langsung pergi begitu saja.
Bakery paman Kim tidak begitu jauh jadi aku tidak perlu susah-susah minta diantar oleh Min ho. Aku berjalan kaki kira-kira 5 menit sampai akhirnya aku sampai di halte bus terdekat. Aku menunggu datangnya bus sambil mendengarkan music dari ipod ku sampai akhirnya bus yang ku tunggu tiba. Aku melepaskan earbud ku dan masuk kedalam bus. Untungnya bus tersebut tidak terlalu penuh, hanya ada beberapa siswi dan juga para pekerja yang baru pulang dari kantor. Aku duduk dikursi paling belakang dan kembali menggunakan earbud ku. Sepertinya hari itu cuaca tak berpihak padaku karena hujan turun dengan lebatnya. Aku membuka tas ku dan berharap bahwa aku membawa payung, dan sialnya aku tidak membawanya. Sekitar 10 menit kemudian aku sampai di halte bus tujuan ku. Aku bertekat untuk turun walaupun hujan masih sangat deras. Namun sebuah tangan mencegah ku.
           “ Ambil ini.” Ucap seorang namja sambil menyerahkan payungnya padaku. Aku masih terdiam dan tak mengambil payung itu sampai akhirnya namja itu menarik tangan ku dan meletakkan payungnya kedalam tanganku. Sebelum aku bisa menolak ataupun mengucapkan sepatah kata, namja itu sudah mengenakan hoodienya dan turun dari bus sambil berlari. Aku menatap namja tersebut mulai menjauh dan pada akhirnya aku hanya bisa menggumamkan ‘Terima Kasih’ pada diri ku sendiri. Aku pun membuka payung tersebut dan turun dari bus dan berjalan menuju Bakery paman Kim. Setelah berjalan sekitar 5 menit akhirnya aku sampai di Bakery paman Kim. Aku membuka pintu dan meletakkan payung yang diberikan namja tadi ditempat penyimpanan payung. Bakery paman Kim selalu ramai jadi tidak heran kalau paman tidak menyadari kedatangan ku. Aku mulai memilih cake yang akan ku beli dan melihat seorang namja sedang duduk didekat jendela sambil meminum segelas coklat hangat ditangannya .(Bakery paman Kim memiliki konsep seperti café jadi ada beberapa kursi dan meja didalamnya.) 
Namja itu menggunakan hoodie dan terlihat basah kuyup. Aku seperti pernah melihatnya hanya saja tak begitu mengingat dimana dan kapan. Maklum karena aku tak begitu memperhatikan sekitar dan ingatan ku sedikit buruk jika menyangkut seseorang. Akhirnya aku mengabaikan namja tersebut dan kembali memilih cake yang ingin ku beli sampai sebuah suara menyapa ku.
“ Min Young, sejak kapan kau disini ? Kenapa tidak menyapa paman ?” ucap paman Kim sambil memeluk ku. Paman Kim adalah teman dekat eomma dan sudah mengenal ku sejak kecil dan kami sudah seperti saudara sedarah.
“ Aku baru saja datang, paman. AKu tidak ingin menganggu makanya tidak menyapa paman yang sedang melayani pembeli.” Jawab ku dengan senyum merekah. Paman melihat ku dari bawah sampai keatas dan menggelengkan kepalanya. Aku bertanya padanya kenapa dan dia menjawab.
“ Kau terlihat sangat berantakan, apa kau ingin duduk dan minum segelas coklat hangat dan makan cake ?” Paman terlihat cemas menatap ku .
“Tidak usah Paman, aku harus membeli cake untuk teman-teman eomma. Lain kali saja ya, Paman.” Ucap ku menolak dengan ramah.  Paman hanya mengangguk dan menemani ku memilih cake. Karena yang melayani paman aku jadi mendapat cake tambahan dengan gratis. Sebelum keluar dari dalam bakery aku sempat melihat namja yang tadi duduk didekat jendela. Namja itu masih memegang gelas coklat ditangannya. Mungkin namja itu sedang menghangatkan diri, pikirku singkat. Aku lalu mengucapkan salam kepada paman dan pergi meninggalkan bakery. Seperti saat pergi, saat pulang pun aku naik bus dan turun di halte dekat rumah. Saat aku turun, aku melihat Min Ho berdiri didepan halte sambil membawa payung ditangan kanannya. Dan seperti biasa, adik ku menarik perhatian orang-orang karena wajahnya. Sudah berapa kali kubilang agar ia menjadi model atau mengikuti audisi-audisi semacam itu, tapi Min Ho selalu menolak.
“ Sedang apa kau disini ?” Tanya ku begitu turun dari bus. Kali ini aku dapat melihat bahwa tangannya merah. Dapat ku tebak bahwa ia kedinginan, mungkin ia sudah diluar rumah cukup lama sampai tangannya bisa semerah itu.
“ Aku menunggu noona, setau ku noona tidak membawa payung jadi aku menunggu mu disini. Tapi sepertinya kau sudah bawa payung, jika tau aku tak akan kemari menunggu mu. Apa kau tau bahwa jika ingin pergi kau harus mengaktifkan cellphonemu.” Ucapnya sambil menatap dengan kesal.
“ Mian, mungkin cellphone ku lowbatt. Dan ini, ini payung dari seseorang yang kutemui di bus. Ia memberikannya padaku.” Aku mengangkat payung yang tadi diberikan seorang namja saat ingin turun dari bus pada Min ho.
“ Baiklah, sekarang kemarikan cakenya dan ayo cepat pulang, aku sudah kedinginan.” Ucapnya sambil meminta plastic cake yang kubawa ditangan kiri ku. ak menyerahkannya dan berjalan bersama-sama untuk pulang kerumah. 
*****
*Park Myoung Jae*

From : Park Kyoung Jae
Kau dimana ? Halmeoni sejak tadi menanyakan dirimu terus. Cepatlah kerumah sakit.
            Aku membaca pesan dari Kyoung jae saat baru keluar dari kelas. Setelahnya aku langsung ketempat parkir dan langsung naik keatas motor dan melaju secepat mungkin ke rumah sakit tempat halmeoni dirawat. Sekitar setengah jam kemudian aku sampai di rumah sakit. Aku berjalan seperti biasa dan mencari diruang mana halmeoni dirawat. Saat itulah aku melihat seorang anak kecil berlari dan terjatuh dengan cukup kencang. Sebelum aku sempat menolongnya seorang yeoja sudah berlari menghampirinya.
           “ Apa kau baik-baik saja ? Bagian mana yang terluka?” Tanya yeoja itu sambil mengangkat anak kecil itu. Yeoja itu memiliki rambut panjang berwarna coklat yang tergerai dipundaknya. Ia menggunakan atasan berwarna putih dan celana jeans dengan high heels berwarna putih yang senada dengan atasannya.
            Awalnya yeoja itu nampak khawatir tapi setelah anak kecil itu berkata bahwa ia baik-baik saja, yeoja itu langsung tersenyum dan mengusap kepala anak kecil itu. Entah apa yang saat itu membuat ku terpaku menatapnya, tapi yang pasti saat itu aku hanya bisa berdiri dan memperhatikan yeoja itu. Aku baru kembali tersadar ketika cellphone ditangan ku bergetar. Park Kyoung Jae, itulah nama yang tertera dilayar cellphone. Aku tidak mengangkat telepon tersebut dan terus memperhatikan yeoja tadi. Aku bahkan mengikuti kemana yeoja dan anak kecil itu pergi. Setelah tersadar dan merasa cukup bodoh aku langsung pergi dan kembali mencari ruang tempat halmeoni dirawat.
---
        Sekitar satu minggu kemudian aku pergi ketoko music tempat salah seorang teman karena merasa bosan dan ingin mencari sebuah gitar baru. Saat sedang melihat-lihat aku menemukan sebuah gitar berwarna hitam dan sangat bagus. Tapi sayangnya itu gitar untuk perempuan. Walau begitu aku tetap mengambil gitar itu dan duduk disalah satu kursi untuk mulai mencoba memainkan gitar tersebut. Pada saat itulah pintu toko terbuka dan seorang yeoja masuk melewati pintu tersebut. Entah apa yang terjadi aku langsung reflek menggunakan topi saat melihat yeoja itu. Itu yeoja yang waktu itu ada dirumah sakit. 





         Yeoja itu sepertinya sedang mencari gitar karena sejak tadi ia melihat-lihat gitar yang ada ditoko. Aku tidak melakukan apapun, aku hanya memperhatikan yeoja itu dari balik topi ku. Yeoja itu memilih sebuah gitar berwarna putih dan meminta penjaga toko untuk menstem gitar tersebut. Yeoja itu lalu kembali melihat-lihat. Kali ini ia bergumam pelan mencari gitar mana yang kira-kira cocok untuknya. Tanpa sadar aku sudah berdiri dan menyerahkan gitar hitam yang ada ditangan ku padanya. Setelah yeoja itu menerimanya aku langsung pergi meninggalkan yeoja itu juga toko tersebut. Dari luar toko aku dapat memastikan bahwa yeoja itu membeli gitar yang kuberikan. Dan sepertinya tanpa sadar aku tersenyum selama perjalanan pulang. 
*****
*Park Kyoung Jae*


       Siang itu aku bolos kelas dan pergi ke sebuah bakery dekat kampus dan duduk disana sambil memakan 2 buah cake kecil dan segelas milkshake. Aku mengeluarkan cellphone dan juga ipod dari alam tas. Aku meletakkan keduanya diatas meja dan mulai mendengarkan lagu dengan volume kecil dari ipod ku. 





     Saat sedang melihat keluar jendela aku melihat seorang yeoja dengan seragam berjalan sambil mendengarkan ipodnya. Yeoja itu masuk kedalam bakery dan berjalan kearah seorang pelayan toko. Yeoja itu sepertinya memesan sesuatu dan setelahnya ia duduk dikursi yang tepat ada didepan ku. Tak butuh waktu lama seorang pelayan datang menghampirinya sambil membawa 2 buah chesse cake berukuran kecil dan segelas juice.
         Yeoja itu mengucapkan terimakasih sambil tersenyum dan kembali terpaku pada dirinya sendiri. Yeoja itu melepaskan earbud yang ada ditelinganya dan meletakkannya diatas meja bersama dengan ipodnya. Setelahnya ia mengeluarkan cellphonenya dan menelpon seseorang. Aku tidak begitu jelas mendengar apa yang yeoja itu ucapkan. Yeoja itu terus mengobrol ditelepon sambil memakan cakenya. Aku memperhatikan yeoja itu terus menerus. Setelah menelepon cukup lama akhirnya yeoja itu mengakhiri sambungan telepon dan memakan cakenya dengan cepat. Ia memasukkan cellphonenya dan kembali menggunakan earbudnya. Setelah meminum juicenya, ia bangun dari duduknya dan berjalan kekasir untuk membayar makanannya. Yeoja itu berjalan kepintu dan berbalik.
         “ Oh iya, oppa, salam untuk paman ya!” Ucapnya dengan suara lantang kepada pelayan penjaga kasir sambil melambaikan tangannya. Pelayan itu mengangguk dan membalas lambaian tangan yeoja itu. Aku terus memperhatikan sampai yeoja itu pergi.


---
Seminggu kemudian…
From : Park Myoung Jae
Ada dimana kau ? Aku ingin makan cake, bisakah kau belikan sebelum pulang ?
       Pesan itu sampai sekitar setengah jam yang lalu. Dan dengan berat hati aku menanggapi isi pesan tersebut tanpa berpikir bahwa hari ini aku tidak membawa mobil. Jujur saja aku menyesalinya karena sekarang aku duduk dibus menuju bakery didekat kampus. Aku sedang sibuk dengan cellphone ku saat bus yang kunaiki berhenti sebentar disebuah halte. Aku sedikit terkejut ketika seorang yeoja naik dan duduk dikursi tepat disebelahku. Aku mengenali yeoja itu walau ia tidak mengenakan seragam. Yeoja itu mendengarkan lagu dari ipodnya sama seperti waktu itu. Aku terus memperhatikannya sampai akhirnya aku sampai dihalte yang kutuju.
        Belum sempat aku berdiri, yeoja itu sudah berdiri terlebih dahulu. Sepertinya yeoja itu berhenti dihalte yang sama. Dan sepertinya yeoja itu juga baru sadar kalau diluar hujan seperti ku, tapi bedanya adalah aku membawa payung dan ia tidak. Yeoja itu sepertinya nekat ingin turun dan menerobos hujan. Saat ingin melangkahkan kakinya aku menahannya. Aku menyodorkan payung ku padanya dan ia hanya melihatnya tanpa berbuat apa-apa.
        “ Ambil ini.” Ucap ku sambil meletakkan payung ku ditanganya. Ak mengenakan hoodie ku dan berlari turun dari bus. Aku cukup basah ketika sampai di bakery. Aku memesan coklat hangat dan duduk ditempat biasa. Saat sedang menikmati coklat hangat aku melihat yeoja itu lagi. Ia masuk ke bakery dan melihat kearah ku. Aku sedikit mematung ketika ia melihat kearah ku. Tapi tak butuh waktu lama yeoja itu langsung berpaling dan sibuk memilih cake yang ingin ia beli. Tiba-tiba saja seorang penjaga toko mendatanginya. Yeoja itu terlihat senang dan memeluk orang itu. Ternyata orang itu adalah pemilik bakery dan menurut ku orang itulah paman yang dimaksud yeoja itu minggu lalu. Setelah berbicara dengan pemilik toko, yeoja itu langsung membayar cake yang ia beli dan pergi. Karena penasaran aku mendatangi pemilik toko itu dan bertanya padanya.   
        “ Maaf, boleh aku bertanya pada mu tentang yeoja itu ?” Tanya ku. Pemilik toko itu melihat ku dengan bingung.
       “ Yeoja yang tadi bersama mu, boleh ku tau siapakah namanya ?” Tanya ku lagi. Jujur saja aku sedikit gugup saat itu. Tapi senyum pemilik toko itu membuat ku sedikit relax.
     “ Maksud mu yeoja yang tadi ku peluk itu ?” ia menjawab pertanyaan ku dengan pertanyaan. Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaannya. Ia bertanya apa perlu ku. Aku memberitahunya bahwa aku ingin mengenal yeoja itu dan tidak bermaksud macam-macam atau jahat padanya.
       “ Min Young, namanya Song Min Young.” Ucapnya setelah menimbang-nimbang apakah aku orang baik atau jahat. Aku mengucapkan terimakasih dan memintanya untuk memilihkan cake yang paling enak untuk ku . Setelahnya aku pergi meninggalkan bakery itu dengan terus mengingat satu nama.
Song Min Young…

*****

Yeeeeeay !! ini fanfic yang 100% asli gw tulis dan karang sendiri. Gw hanya memiliki cerita dan idenya doang, dan untuk para castnya gw pake para ulzzang >.<
Sorry karena publish fanfic disini >.< tapi blognya sepi jadi diisi aja sama ginian heheheh... 
Hmmm... ini cuma prolognya doang nanti cerita yang sebenernya bakal gw publish nanti >.<

*Milo Queen*